Sebenarnya ini adalah ketidak sengajaan saya untuk menjajal distro linux Open Suse dimana sebelumnya saya telah mencoba distro-distro linux lainya seperti Slaxware, Debian, Ubuntu, Mandriva, Redhat dan Centos. Ketidak sengajaan ini diawali ketika saya mengikuti workshop Virtualisasi dan Linux HA yang diadakan oleh dedengkotnya komunitas Open Suse Indonesia yaitu om
Vavai yang juga merupakan duta Open Suse Indonesia. Pada awalnya saya kurang berminat untuk menjajal distro Open Suse meski berulang kali majalah InfoLinux yang saya langanakan sering menyertakan opensuse sebagai bonus OS pada DVD-nya. Ketidak minatan saya tersebut didasari bahwa Open Suse telah di akusisi perusahaan Novell yang berarti distro Open Suse tersebut sudah mulai mengarah ke komersil seperti juga anggapan yang sama saya terhadap distro Redhat dengan RHEL-nya. Namun Om Vavai coba menjelaskan bahwa Open Suse barulah akan menerapkan tarif bila kita menggunakan support yang diberikannya. Hal ini sama persis dengan ditro Redhat meski pada Redhat saya telah mendapatkan distro pengantinya yaitu Centos yang dikembangkan dari source yang sama RHEL.
read more...